Tampilkan postingan dengan label Review. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Review. Tampilkan semua postingan

Senin, April 20, 2020

[REVIEW] The Alpha Girl's Guide – Henry Manampiring

  No comments    
categories: , ,
Judul Buku : The Alpha Girl's Guide
Penulis : Henry Manampiring
Penerbit : Gagas Media
Terbit : 2015
Tebal : 254 hlm

ISBN : 9797808483
Buku ini sudah lama sekali aku baca, sekitar 4 tahun yang lalu. Namun, aku baru sempat untuk membuat reviunya sekarang. Semoga nggak basi ya he he.

The Alpha Girl's Guide sepertinya merupakan buku nonfiksi pertama yang pernah aku beli. Entah kenapa juga aku yang penggemar novel tiba-tiba membeli buku ini. Mungkin karena dulu buku ini sempat muncul di beranda ask.fm-ku dan kata-kata yang ada di cover bukunya membuat aku tertarik untuk membeli buku ini.
Menjadi cewek smart, independen, dan anti-galau.
Seorang anak remaja perempuan mana sih yang nggak tertarik dengan kata-kata tersebut? Aku yakin semua perempuan di dunia ini pasti bercita-cita menjadi perempuan yang hebat.

Buku ini berisi tentang kiat-kiat untuk menjadi seorang alpha female, yaitu perempuan yang berada pada kedudukan tertinggi yang merupakan wanita pekerja keras, independen, dan dihormati oleh orang-orang di sekitarnya. Nah, untuk menjadi alpha female ini bisa disiapkan sejak masih remaja atau disebutnya sebagai alpha girl. Bahasan-bahasan yang ada di buku ini adalah the alpha student, the alpha friend, the alpha lover, the alpha worker, the alpha look, dan the alpha career. Jadi, yang dibahas di buku ini tidak hanya tentang karir perempuan hebat, tetapi juga sampai menyinggung soal percintaan. Selain itu, di dalam buku ini penulis juga menyisipkan hasil wawancara dengan dua perempuan hebat, yaitu Alanda Kariza dan Najwa Shihab.

Menurut aku, buku ini sangat bagus untuk dibaca oleh para remaja perempuan. Buku ini dapat membuka wawasan kita mengenai bagaimana seharusnya seorang perempuan bersikap agar menjadi perempuan yang hebat dan independen. Gaya bahasa yang digunakan ringan dan mudah dipahami. Di dalamnya juga diselipi gambar-gambar ilustrasi yang membuat buku ini semakin menarik untuk dibaca. Aku sangat menyarankan para remaja perempuan untuk membaca buku ini.
Dunia tanpa perempuan yang cerdas dan berkarya akan kehilangan separuh potensinya. 

Senin, Februari 29, 2016

[REVIEW] Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1991 – Pidi Baiq

  No comments    
categories: , ,
Judul Buku : Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1991
Penulis : Pidi Baiq
Penerbit : Pastel Books
Terbit : Juli 2015
Tebal : 344 hlm

ISBN : 99786027870994



"Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1991" adalah buku kedua karya Pidi Baiq yang aku baca. Buku ini merupakan lanjutan dari "Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990". Dan buku ini keren. Kalian harus baca buku ini. Ini adalah review dari "Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1991" yang aku kutip dari http://bukubukubiru.blogspot.co.id/2015/07/review-dilan-dia-adalah-dilanku-tahun.html.

Cerita dari buku kedua ini dimulai pas dari ending buku pertama, yaitu ketika Milea resmi berpacaran dengan Dilan. Tidak cukup hanya secara lisan, mereka juga menyatakannya di atas kertas bermaterai. Untuk dokumen perasaan, kata Dilan. Nah, setelah “peresmian” hubungan mereka di warung Bi Eem, Dilan pun mengantar Milea pulang menggunakan sepeda motornya. Adegan boncengan naik motor berdua ini, yang tentu aja terjadi nggak hanya sekali, menjadi salah satu hal favorit saya dari buku kedua ini, karena percakapan absurd nan manis khas Dilan-Milea seringnya terjadi di atas motor!

Tapi, tentu aja hubungan Dilan dan Milea nggak selamanya manis begitu. Kang Adi, guru les privat Milea di buku pertama, masih saja berusaha untuk PDKT dengan Milea. Belum lagi ada tokoh baru bernama Yugo, saudara jauh Milea, yang ternyata juga menyukai gadis itu. Well, sejujurnya saya kurang bisa membayangkan cantiknya Milea itu seperti apa, tapi kayaknya cantik buanget, kok sampai seorang calon guru magang di sekolahnya pun ikutan naksir. Namun, masalah terbesar yang muncul dalam hubungan Dilan dan Milea bukan berasal dari fans Milea—justru Dilan lah sumbernya! Masih ingat, kan, kalau Dilan itu ikutan geng motor? Berulang kali Milea menegur Dilan bahwa ia nggak suka kalau Dilan bergabung dengan geng motor, karena Dilan jadi doyan berantem dan ujung-ujungnya membuat Milea khawatir. Awalnya, jujur aja saya menganggap sepele masalah ini karena saya pikir, “Ah, pasti ntar Dilan juga nurut. Dilan kan sayang banget sama Milea.” LAH KOK MALAH NGGAK SELESAI-SELESAI WTF?! Yang jelas, masalah Dilan dan geng motor ini berpengaruh banget ke ending bukunya yang—sumpah!—bikin sedih banget. Padahal saya udah kena spoiler endingnya bahkan sebelum beli bukunya, tapi tetep aja ngerasa nyesek pas selesai baca. Kalau buku pertama bikin perasaan saya berbunga-bunga, buku kedua ini sukses bikin saya patah hati. Siap-siap aja.

Sama seperti buku pertama, buku kedua ini juga ditulis dari sudut pandang Milea. Jadi sebetulnya seluruh kisahnya dengan Dilan di tahun 1990 dan 1991 merupakan flashback, sedangkan Milea masa kini berada di tahun 2015. Pada bagian awal buku kedua ini, Milea juga sedikit menceritakan kembali kisahnya dengan Dilan di buku pertama, kayak semacam perkenalan singkat. Di satu sisi, hal tersebut dapat membantu mereka yang nggak membaca buku pertama untuk bisa tetap nyambung dan menikmati kisah Dilan dan Milea di buku kedua ini. Di sisi lain, para pembaca yang mengikuti dari buku pertama bisa saja bosan dan merasa bahwa hal tersebut malah bersifat repetitif. Kalau saya sendiri sih nggak merasa terganggu, justru senang karena bisa sedikit nostalgia dengan zaman PDKT Dilan dan Milea. EHEHEHEHE.

YA GIMANA KAN, justru cara PDKT-nya Dilan di buku pertama itu yang bikin saya jatuh cinta banget sama dia. Bener-bener yang jatuh cinta head over heels karena bagi saya Dilan itu karismatik. Sayangnya, di buku kedua ini, karisma itu seolah hilang. Nggak hilang, sih, tapi agak mengabur. Mungkin karena frekuensi kemunculan si Dilan nggak sebanyak di buku pertama, selain karena karakternya yang memang menurut saya jadi melemah justru ketika konfliknya lebih berkembang. Tapi, tenang aja, Dilan masih unik, kok, masih doyan ngegombalin Milea, pemikirannya masih nyeleneh tapi masuk akal, masih suka bicara hal-hal absurd, masih sesekali nulis puisi. Saya suka juga dengan hubungan Dilan dan Bunda yang kayaknya asik banget. 

Tapi saya suka dengan Bunda yang juga dekat dengan Milea, bikin pengin punya mertua kayak Bunda yang pengertian banget. Sayangnya, karakter Milea seolah-olah "mengikuti" melemahnya karakter Dilan. Tentu aja ia masih cantik dan pintar, tapi ada saat-saat di mana saya mengerutkan kening dan berpikir, "Kok Milea gini, sih?" Saya ngerasa dia jadi lebih.... drama. Ada beberapa sikapnya terhadap kejadian-kejadian tertentu yang menurut saya terlalu berlebihan. Kayak pas Yugo dan Ibunya datang ke rumah Milea untuk meminta maaf atas tindakan buruk yang dilakukan Yugo terhadap Milea. Lalu tiba-tiba Dilan datang dan Milea langsung aja menggaet Dilan ke tengah-tengah ruang tamu, yang saat itu di sana juga ada Ayah dan Ibu Milea. Nggak hanya memperkenalkan Dilan, Milea juga dengan lantang bilang bahwa Dilan adalah pelindungnya, bahwa Dilan membela dirinya hingga terluka. Ya, saya tau kamu bangga dengan Dilan, Milea, tapi nggak usah segitunya juga. Yang jelas saya ngerasa bahwa Milea jadi lebih emosional di buku kedua ini.

*** 

"Jika aku berkata bahwa aku mencintainya, maka itu adalah sebuah pernyataan yang sudah cukup lengkap."
―Milea
"Senakal-nakalnya anak geng motor, Lia, mereka shalat pada waktu ujian praktek Agama."
―Dilan

[REVIEW] Idol Gagal – Indra Widjaya

  No comments    
categories: , ,
Judul Buku : Idol Gagal
Penulis : Indra Widjaya
Penerbit : Bukune
Terbit : Juni 2012
Tebal : 306 hlm
ISBN : 9786022200574


Sebenarnya udah lama banget baca buku ini. Tapi baru sempat review sekarang. 

Sebelum mereview buku ini, terlebih dahulu aku ceritakan kenapa aku membeli buku ini.
Aku udah mengikuti Indra Widjaya semenjak dia mengikuti Indonesian Idol 2012, tapi gagal. Kemudian, aku follow twitternya. Di twitternya, dia ngumumin kalau dia pindah haluan sementara dari menyanyi untuk membuat buku perdananya. Senang sekali ketika bukunya udah terbit. Langsung deh pergi ke gramedia buat beli bukunya.

Buku ini menceritakan kisah nyata perjalanan seorang mahasiswa bernama Indra Widjaya—yang nama lahirnya Indra Widya Kusuma—yang dalam hidupnya penuh mengalami kegagalan. Mulai dari gagal jadi tim inti sepak bola di Lembang Junior FC saat SD, gagal jadi anggota tim paskibra saat SMP, gagal masuk jurusan IPA saat SMA, gagal seleksi akpol, dan yang paling banyak orang tahu adalah gagal lolos Indonesian Idol 2012.

Selain menceritakan kegagalan, buku ini juga menceritakan tentang kehidupannya yang nomaden, keluarganya, orang-orang di sekitarnya, hingga binatang peliharaannya yang juga ikut terkena virus kegagalan. Ada juga selipan mini games #musictuation, #bukanperibahasa, dan tips-tips lainnya yang sering dimainkan di akun twitter pribadinya.

By the way, tweet aku masuk di bab #bukanperibahasa lhooo... Haha.
#bukanperibahasa
 
Menurut aku, buku ini menarik. Bahasa yang digunakan ringan dan mudah dipahami, sehingga pembaca tidak bosan ketika membacanya. Di dalam ceritanya terselip humor-humor ringan. Buku ini bisa membuat pembaca menitikkan air mata dan kemudian tertawa. Selain itu, buku ini juga mempunyai banyak pesan moral. Mulai dari bagaimana kita menghargai keluarga, orang-orang di sekitar kita, hewan, dan bagaimana kita menghadapi kegagalan yang datang bertubi-tubi.

“A TRUE MAN NEVER SAY HUFT!” –Indra Widjaya