Senin, Februari 29, 2016

[WISHLIST] Super Not Inspiring Book – Marco Ivanos

  No comments    
categories: , ,

Judul Buku : Super Not Inspiring Book
Penulis : Marco Ivanos
Penerbit : Bukune
Terbit : Februari 2016
Tebal : 152 hlm
ISBN : 9786022201779
Marco Ivanos lahir seperti bayi pada umumnya. Dia pun lucu dan menggemaskan. Namun, seiring bertambahnya usia, Marco tak lagi imut. Ibu-ibu hamil yang melihatnya akan mengelus perut sambil berkata, "Amit-amit jabang bayi."

Perubahan fisik seakan pertanda, apa yang dialaminya akan sangat berat. Mulai dari di-bully adik sendiri, kecelakaan sepeda motor bertubi-tubi, sampai ditolak saat mengungkapkan cinta. Kesialan Marco tidak ada habisnya.

Meski banyak hal tak berpihak kepadanya, Marco tidak mengeluh. Justru dia menganggap itu semua lelucon. Di buku pertamanya, "Super Not Inspiring Book", cowok yang sudah mengalami metamorfosis sempurna ini, akan berbagi kisah tidak biasa--kalau tidak mau disebut ngawur--kepada para pembaca.

[WISHLIST] Underground – Ika Natassa

  No comments    
categories: , ,
Judul Buku : Underground
Penulis : Ika Natassa
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Terbit : Februari 2016
Tebal : 552 hlm

ISBN : 9786020319469

Welcome to Underground, the most prominent music television station in the United States, where young, talented entertainers and VJs live their normal lives, that is if you can call living under the limelight for ten hours a day, flying on Marquis Jet to cover AmsterJam and Live 8, and pose for the cover of Rolling Stone magazine `normal`.

Under the spotlight, everything seems perfect. Liv has just been listed as one of the 50 Most Beautiful People in the World. Stefan, the so-called most eligible bachelor in New York, successfully started a celebrity online promotion company. Gavin got his band signed on a major label. Claire is being headhunted by MTV and VH1. Heather and Jared are making the most of their love story on set. Shareef and Aaliyah can easily replace Brad Pitt and Angelina Jolie to pose for W magazine as the perfect American family.

But when the spotlights have went out and the red carpet has been rolled, they have to face the hard truth. Abstinence versus promiscuity, gossips on tabloids, drugs, plastic surgery, to unwanted pregnancy are just the tip of the iceberg.

Underground is a simple novel about the complex life of celebrities, although like most of us, they are too still trying to define the true meaning of friendship and love
.

[REVIEW] Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1991 – Pidi Baiq

  No comments    
categories: , ,
Judul Buku : Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1991
Penulis : Pidi Baiq
Penerbit : Pastel Books
Terbit : Juli 2015
Tebal : 344 hlm

ISBN : 99786027870994



"Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1991" adalah buku kedua karya Pidi Baiq yang aku baca. Buku ini merupakan lanjutan dari "Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990". Dan buku ini keren. Kalian harus baca buku ini. Ini adalah review dari "Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1991" yang aku kutip dari http://bukubukubiru.blogspot.co.id/2015/07/review-dilan-dia-adalah-dilanku-tahun.html.

Cerita dari buku kedua ini dimulai pas dari ending buku pertama, yaitu ketika Milea resmi berpacaran dengan Dilan. Tidak cukup hanya secara lisan, mereka juga menyatakannya di atas kertas bermaterai. Untuk dokumen perasaan, kata Dilan. Nah, setelah “peresmian” hubungan mereka di warung Bi Eem, Dilan pun mengantar Milea pulang menggunakan sepeda motornya. Adegan boncengan naik motor berdua ini, yang tentu aja terjadi nggak hanya sekali, menjadi salah satu hal favorit saya dari buku kedua ini, karena percakapan absurd nan manis khas Dilan-Milea seringnya terjadi di atas motor!

Tapi, tentu aja hubungan Dilan dan Milea nggak selamanya manis begitu. Kang Adi, guru les privat Milea di buku pertama, masih saja berusaha untuk PDKT dengan Milea. Belum lagi ada tokoh baru bernama Yugo, saudara jauh Milea, yang ternyata juga menyukai gadis itu. Well, sejujurnya saya kurang bisa membayangkan cantiknya Milea itu seperti apa, tapi kayaknya cantik buanget, kok sampai seorang calon guru magang di sekolahnya pun ikutan naksir. Namun, masalah terbesar yang muncul dalam hubungan Dilan dan Milea bukan berasal dari fans Milea—justru Dilan lah sumbernya! Masih ingat, kan, kalau Dilan itu ikutan geng motor? Berulang kali Milea menegur Dilan bahwa ia nggak suka kalau Dilan bergabung dengan geng motor, karena Dilan jadi doyan berantem dan ujung-ujungnya membuat Milea khawatir. Awalnya, jujur aja saya menganggap sepele masalah ini karena saya pikir, “Ah, pasti ntar Dilan juga nurut. Dilan kan sayang banget sama Milea.” LAH KOK MALAH NGGAK SELESAI-SELESAI WTF?! Yang jelas, masalah Dilan dan geng motor ini berpengaruh banget ke ending bukunya yang—sumpah!—bikin sedih banget. Padahal saya udah kena spoiler endingnya bahkan sebelum beli bukunya, tapi tetep aja ngerasa nyesek pas selesai baca. Kalau buku pertama bikin perasaan saya berbunga-bunga, buku kedua ini sukses bikin saya patah hati. Siap-siap aja.

Sama seperti buku pertama, buku kedua ini juga ditulis dari sudut pandang Milea. Jadi sebetulnya seluruh kisahnya dengan Dilan di tahun 1990 dan 1991 merupakan flashback, sedangkan Milea masa kini berada di tahun 2015. Pada bagian awal buku kedua ini, Milea juga sedikit menceritakan kembali kisahnya dengan Dilan di buku pertama, kayak semacam perkenalan singkat. Di satu sisi, hal tersebut dapat membantu mereka yang nggak membaca buku pertama untuk bisa tetap nyambung dan menikmati kisah Dilan dan Milea di buku kedua ini. Di sisi lain, para pembaca yang mengikuti dari buku pertama bisa saja bosan dan merasa bahwa hal tersebut malah bersifat repetitif. Kalau saya sendiri sih nggak merasa terganggu, justru senang karena bisa sedikit nostalgia dengan zaman PDKT Dilan dan Milea. EHEHEHEHE.

YA GIMANA KAN, justru cara PDKT-nya Dilan di buku pertama itu yang bikin saya jatuh cinta banget sama dia. Bener-bener yang jatuh cinta head over heels karena bagi saya Dilan itu karismatik. Sayangnya, di buku kedua ini, karisma itu seolah hilang. Nggak hilang, sih, tapi agak mengabur. Mungkin karena frekuensi kemunculan si Dilan nggak sebanyak di buku pertama, selain karena karakternya yang memang menurut saya jadi melemah justru ketika konfliknya lebih berkembang. Tapi, tenang aja, Dilan masih unik, kok, masih doyan ngegombalin Milea, pemikirannya masih nyeleneh tapi masuk akal, masih suka bicara hal-hal absurd, masih sesekali nulis puisi. Saya suka juga dengan hubungan Dilan dan Bunda yang kayaknya asik banget. 

Tapi saya suka dengan Bunda yang juga dekat dengan Milea, bikin pengin punya mertua kayak Bunda yang pengertian banget. Sayangnya, karakter Milea seolah-olah "mengikuti" melemahnya karakter Dilan. Tentu aja ia masih cantik dan pintar, tapi ada saat-saat di mana saya mengerutkan kening dan berpikir, "Kok Milea gini, sih?" Saya ngerasa dia jadi lebih.... drama. Ada beberapa sikapnya terhadap kejadian-kejadian tertentu yang menurut saya terlalu berlebihan. Kayak pas Yugo dan Ibunya datang ke rumah Milea untuk meminta maaf atas tindakan buruk yang dilakukan Yugo terhadap Milea. Lalu tiba-tiba Dilan datang dan Milea langsung aja menggaet Dilan ke tengah-tengah ruang tamu, yang saat itu di sana juga ada Ayah dan Ibu Milea. Nggak hanya memperkenalkan Dilan, Milea juga dengan lantang bilang bahwa Dilan adalah pelindungnya, bahwa Dilan membela dirinya hingga terluka. Ya, saya tau kamu bangga dengan Dilan, Milea, tapi nggak usah segitunya juga. Yang jelas saya ngerasa bahwa Milea jadi lebih emosional di buku kedua ini.

*** 

"Jika aku berkata bahwa aku mencintainya, maka itu adalah sebuah pernyataan yang sudah cukup lengkap."
―Milea
"Senakal-nakalnya anak geng motor, Lia, mereka shalat pada waktu ujian praktek Agama."
―Dilan