Rabu, April 24, 2019

Cost Behavior Analysis (FVC)

  No comments    
categories: 
KARAKTERISTIK SIFAT BIAYA 
  1. Biaya Tetap (Fixed Cost) : Biaya yang jumlahnya akan selalu sama (tetap) meskipun pemicu biayanya berubah. Kondisi biaya yang bersifat tetap tersebut akan terjadi dalam suatu rentang relevan tertentu. Fixed cost per unit menjadi semakin kecil seiring dengan kenaikan volume produksi dalam rentang yang relevan.
  2. Biaya Variable (Variable Cost) : Biaya yang jumlah totalnya akan berubah apabila pemicu biayanya mengalami perubahan. Variable cost bertambah seiring dengan kenaikan volume produksi dalam rentang yang relevan. Dengan kata lain, variable cost per unit konstan ketika volume produksi berubah dalam rentang yang relevan.
  3. Biaya Semivariabel (Semivariable Cost) : Biaya yang memiliki karakteristik fixed cost dan variable cost. Dalam suatu total cost tertentu, biaya semivariabel akan terdiri dari biaya yang bersifat tetap dan biaya yang bersifat variabel. Contohnya adalah biaya listrik. Biaya listrik yang terpakai untuk penerangan cenderung tetap, sedangkan biaya listrik yang digunakan untuk menyalakan mesin cenderung mengikuti tingkat produksi. 
ESTIMASI BIAYA MENGGUNAKAN KONSEP COST BEHAVIOR ANALYSIS (CBA)
Tahapan dalam melakukan CBA dapat dirinci sebagai berikut:
  1. Identifikasikan masing-masing item biaya yang akan diprediksi total biayanya.
  2. Tentukan faktor yang menjadi pemicu biaya (cost driver) atas setiap item biaya tersebut.
  3. Kumpulkan data terkait biaya riil yang telah dikeluarkan oleh perusahaan selama beberapa periode yang telah lampau.
  4. Rumuskan persamaan garis atas setiap item biaya tersebut.
  5. Gunakan persamaan garis yang telah didapat untuk mengestimasikan item biaya tersebut di masa depan, apabila faktor pemicu biayanya telah diketahui.
Titik kritis dalam CBA adalah dalam hal penentuan pemicu biaya untuk masing-masing item biaya. Penentuan pemicu biaya yang tepat akan sangat berpengaruh pada akurasi atas estimasi biaya. Pemicu biaya haruslah relevan dan memiliki hubungan sebab akibat yang logis dengan suatu item biaya tertentu.
Penentuan persamaan garis atau pola biaya atas biaya tetap dan biaya variabel adalah relatif lebih mudah. Suatu biaya tetap akan memiliki persamaan garis lurus yang dapat dirumuskan: Y = C. Dengan mengamati besarnya total biaya dihubungkan dengan pemicu biayanya, persamaan tersebut dapat dengan mudah diperoleh. Ketika total biayanya konstan sebesar C, sementara pemicu biayanya berubah-ubah, maka dapat dipastikan bahwa item biaya tersebut bersifat fixed.
Sementara itu, untuk biaya variabel, persamaan garisnya dapat dirumuskan sebagai Y = mX. Dari satu set data yang terdiri dari rincian total cost dan cost driver dari beberapa periode, persamaan tersebut dapat dengan mudah diperoleh dengan mencari nilai gradien atau slope (m). Nilai slope dicari dengan membagi total cost dengan cost driver. Apabila nilai hasil pembagian tersebut dari beberapa periode dalam set data tersebut selalu konstan atau sama nilainya, maka dapat dipastikan bahwa biaya tersebut bersifat variabel.
Yang menjadi permasalahan adalah ketika biaya tersebut bersifat semivariable. Dengan hanya menggunakan kedua teknik atau cara yang telah diterangkan pada paragraf sebelumnya saja, biaya semivariable tidak bisa diketahui pola atau rumusan formulanya. Oleh karena itu, khusus untuk biaya semivariable terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan dalam rangka untuk menentukan persamaan garisnya, yaitu:
  • High and Low Point Method (HLP Method) : Metode HLP dilakukan dengan memilih terlebih dahulu dua buah titik, yakni titik tertinggi dan terendah. Kedua titik tersebut mengacu pada pemicu biayanya. Pada umumnya, pada titik dengan pemicu biaya tertinggi akan memiliki total biaya yang terbesar juga, dan begitu pula sebaliknya. Ada kalanya titik tertinggi tidak menghasilkan biaya yang terbesar. Namun demikian, yang menjadi acuan untuk titik tertinggi adalah tetap pemicu biayanya. Pada akhirnya, dari kedua titik tersebut dapat diperoleh persamaan garis yang dapat digunakan untuk estimasi biaya.  
  • Scatter Graph Method (SG Method) : Metode SG digunakan dengan jalan menggambarkan kondisi hubungan antara pemicu biaya (independent variable atau X) dengan total biaya (dependent variable atau Y) kedalam sumbu cartesius. Dari proses ploting hubungan tersebut dapat diamati kecenderungan pola hubungan antara kedua variabel tersebut. Selanjutnya, dari hasil pengamatan tersebut dapat dibuat garis perkiraan sebagai sebuah persamaan yang dapat digunakan untuk prediksi biaya.
  • Least Square Method (LS Method) : Metode LS disebut juga sebagai regression analysis. Metode ini dikerjakan dengan menggunakan perhitungan statistik yang cukup kompleks. Dengan bantuan aplikasi seperti Microsoft Excel, metode ini dapat dengan mudah dikerjakan. Dari proses regresi ini, dapat diperoleh nilai konstanta dan slope yang dapat digunakan untuk menentukan persamaan garisnya. Pada akhirnya, persamaan garis tersebut dapat berfungsi sebagai prediktor biaya.
Metode HLP merupakan metode yang paling mudah digunakan, namun memiliki tingkat akurasi estimasi yang paling rendah. Sementara itu, metode LS merupakan metode yang paling kompleks, namun memiliki tingkat akurasi yang paling tinggi. 
Pada prinsipnya, penentuan persamaan garis dipengaruhi hanya oleh dua hal saja, yakni intercept (C) dan gradien atau slope (m). Dengan demikian, secara sederhana, terlepas dari metode apa yang akan digunakan, sepanjang intercept dan slope telah diketahui, persamaan garisnya dapat kemudian diformulasikan. Dengan bantuan aplikasi Microsoft Excell, dapat dengan mudah ditentukan persamaan garisnya.

0 komentar:

Posting Komentar