Minggu, Juni 16, 2019

PRICING DECISION AND COST MANAGEMENT

  No comments    
categories: 
Faktor Utama yang Mempengaruhi Pricing Decision
  1. Pelanggan → memengaruhi harga melalui permintaan mereka terhadap barang atau jasa
  2. Kompetitor → memengaruhi harga melalui tindakan, baik dalam hal teknologi, strategi operasi dan pemasaran, serta informasi berharga lainnya.
  3. Biaya → memengaruhi harga melalui penawaran terkait dengan biaya produksi.
Penentuan Harga Jangka Panjang
Manajer lebih memilih harga yang stabil untuk jangka panjang dengan alasan:
  1. Mengurangi biaya pengawasan secara berkala.
  2. Meningkatkan perencanaan.
  3. Membangun hubungan penjual-pembeli jangka panjang.
Tujuan Penentuan Harga Jangka Panjang

Penentuan Harga Jangka Panjang - Pendekatan Alternatif
  • Market-based → Penentuan harga sangat dipengaruhi oleh situasi pasar. Suatu produsen atau penjual harus selalu memantau dan lebih terpaku pada pasar daripada hanya keputusan pribadi dalam menentukan harga. Apa yang diinginkan pelanggan? Apa tindakan yang diambil oleh kompetitor? Berdasarkan pernyataan tersebut, harga ditentukan agar dapat meraih target return yang telah lebih dulu ditetapkan. 
  • Cost-based/cost-plus → Penentuan harga lebih berdasar pada berapa biaya yang dihabiskan untuk memproduksi dan memasarkan suatu produk kemudian menambahkan margin laba. Pendekatan cost-based tidak begitu terpaku pada keadaan pasar, tetapi lebih terfokus pada keputusan pribadi sehubungan dengan biaya.
Penerapan
  1. Competitive market → market-based. Penjual tidak dapat mengontrol pasar, sehingga harus menerima harga yang berlaku di pasar.
  2. Less competitive market → market-based atau cost-based. Kompetisi masih ada, namun lebih sedikit jika dibanding dengan perfectly competitive market.
  3. No competition → cost-based. Tidak ada pesaing, sehingga penentuan harga dapat dilakukan dengan lebih leluasa tanpa perlu memperhatikan kompetitor dan preferensi pelanggan yang tidak punya pilihan untuk beralih ke penjual lain. Biasanya berlaku dalam monopoly market.
Target Price dan Target Cost
Target price adalah suatu estimasi harga, di mana konsumen bersedia untuk membeli barang tersebut.
Target Cost = Target Price - Target Operating Income
 
Tahap menentukan target price dan target cost:
  1. Menetukan produk yang akan dijual.
  2. Menentukan target price.
  3. Menentukan target cost/unit.
  4. Melakukan cost analysis.
  5. Melakukan value enginering untuk mendapatkan target cost.
Value enginering adalah evaluasi sistematis dari semua nilai, dengan tujuan untuk mengurangi biaya dan mencapai tingkat kualitas yang memuaskan pelanggan.

Biaya yang Terjadi dan Locking Cost
Kegiatan yang dilakukan dalam penentuan locking cost adalah:
  • Memahami kebutuhan pelanggan dan nilai tambah dan biaya nilai tambah.
  • Mengantisipasi bagaimana biaya dikunci sebelum terjadi.
  • Menggunakan fungsi untuk mendesain ulang produk dan proses untuk mengurangi biaya sambil memenuhi kebutuhan pelanggan.
Pendekan penetapan target price dapat diperoleh dari pengambilan keputusan dari:
  • Identifikasi masalah dan ketidakpastian.
  • Mendapatkan informasi.
  • Buat predikasi tentang masa depan.
  • Buat keputusan dengan memilih di antara alternatif.
  • Melaksanakan keputusan, mengevaluasi kinerja, dan belajar.
Cost Plus Pricing
  • Menetapkan harga jual berdasarkan cost based + mark up.
  • Mark up tersebut bersifat fleksibel.
  • Disebut cost-plus karena penambahan mark up.
Non Cost Factors
  1. Price Discrimination: Praktik pembebanan harga yang berbeda untuk setiap pelanggan atas barang/jasa yang sama.
  2. Peak Load Pricing: Praktik pembebanan harga yang lebih tinggi untuk barang/jasa yang sama ketika permintaan mendekati batas fisik kapasitas untuk menghasilkan barang/jasa.

Senin, Mei 27, 2019

LINEAR PROGRAMMING

  No comments    
categories: 



Jumat, Mei 24, 2019

DIFFERENTIAL COST ANALYSIS

  No comments    
categories: 
DEFINISI
Ilmu yang menganalisis beberapa proyek atau aktivitas yang memiliki durasi kurang dari 1 tahun.
Analisis yang menghasilkan keputusan-keputusan penting antara lain:
  • Apakah menerima tambahan pesanan?
  • Apakah menurunkan harga dari pesanan khusus diperlukan?
  • Apakah membuat atau membeli barang?
  • Apakah sebuah fasilitas perlu untuk ditutup/dilanjutkan?
  • Apakah sebuah produk harus dihentikan produksinya?
  • Apakah hasil produksi dijual atau diproses lebih lanjut?
Aktivitas atau project terdiri dari cost dan revenue.
Matching Cost Against Revenue
  • Single project. Proyek yang diterima adalah proyek yang memiliki benefit (TR) lebih besar daripada cost (TC). Sedangkan proyek yang ditolak adalah proyek yang memiliki benefit (TR) yang lebih kecil daripada cost (TC).
  • More than 1 project. Proyek yang diterima adalah proyek yang memiliki benefit (TR) yang paling besar atau cost (TC) yang paling kecil. Sedangkan proyek yang ditolak adalah proyek yang memiliki benefit (TR) yang paling kecil atau cost (TC) yang paking besar.
ISTILAH-ISTILAH DALAM DIFFERENTIAL COST ANALYSIS
  • Differential cost, adalah biaya yang timbul ketika sebuah proyek atau aktivitas diterima untuk dilaksanakan.
  • Incemental revenue, adalah jumlah atas revenue atau benefit yang diterima.
BIAYA-BIAYA YANG HARUS DIPERTIMBANGKAN
  • Out of pocket cost, adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk menjalankan sebuah proyek atau aktivitas baru.
  • Avoidable cost, adalah biaya yang dapat dihindari karena memilih suatu proyek.
  • Opportunity cost, adalah potensi keuntungan yang hilang karena tidak memilih suatu proyek.
  • Imputed cost, adalah biaya untuk mengolah polusi baru akibat sebuah proyek.
  • All variable cost, adalah biaya-biaya variable yang harus dihitung semua. Apabila cost driver berubah, maka total variable cost juga akan berubah.
  • Some fixed cost, adalah setiap ada fixed cost (di relevant range) tidak boleh dimasukkan dalam perhitungan, kecuali fixed cost yang bersifat tambahan.
KEY CONCEPT
 
Keterangan:
  • ΔTC : Tambahan cost (TC1-TC0)
  • ΔQ   : Tambahan output yang dihasilkan (Q1-Q0)

Rabu, Mei 08, 2019

COST VOLUME PROFIT ANALYSIS

  No comments    
categories: 
KONSEP DASAR
Cost Volume Profit Analysis (CVP Analysis) merupakan analisis hubungan antara biaya, kuantitas unit yang terjual, dan laba ketika salah satu variabel tersebut dimanipulasi untuk menghasilkan nilai variabel yang diinginkan. Dengan mengetahui hubungan antara ketiga elemen tersebut, manajer dapat menentukan target laba yang diinginkan atau menghitung besaran biaya guna maksimalisasi kinerja perusahaan. Banyak keputusan bisnis yang dapat dihasilkan oleh manajer dengan menggunakan CVP analysis.
Untuk melakukan CVP analysis diperlukan beberapa asumsi dasar yang harus dipenuhi, yaitu:
  1. Seluruh biaya, baik biaya manufaktur maupun biaya nonmanufaktur harus dapat dipisahkan terlebih dahulu kedalam kelompok biaya tetap dan biaya variabel.
  2. Perubahan atas revenues dan perubahan atas costs hanya dipengaruhi oleh faktor kuantitas unit yang terjual.
  3. Revenues dan costs apabila digambarkan dalam suatu garis, maka akan memenuhi fungsi persamaan garis lurus. 
  4. Harga jual barang (selling price), variable cost perunit dan total fixed cost sudah diketahui.
Beberapa terminologi terkait dengan CVP analysis antara lain sebagai berikut.
  • Contribution Margin: Total Revenue dikurangi dengan Total Variable Cost. Contribution Margin dapat diartikan pula sebagai Total Fixed Cost ditambah dengan Profit.
  • Contribution Margin Perunit (CMU): contribution margin untuk setiap 1 unit produk yang terjual.
  • Contribution Margin Ratio (CMR): Contribution Margin dibagi dengan Total Revenues. Contribution Margin Ratio juga mengandung arti bagian dari revenues yang digunakan untuk menutup Fixed Cost dan untuk menghasilkan profit.
  • Breakeven Point (BEP): kondisi dimana perusahaan tidak mendapatkan profit dan sekaligus tidak menderita kerugian. Total Revenues yang diperoleh perusahaan jumlahnya sama dengan Total Costs yang dikeluarkan perusahaan.
  • Margin of Safety (MoS): selisih antara suatu Total Revenues yang diperoleh pada kondisi tertentu dengan Total Revenues jika dalam kondisi BEP.
Untuk melakukan CVP analysis, harus dipahami terlebih dahulu mengenai formulasi dasar hubungan antara Total Revenues, Total Cost, dan Profit. Hubungan antara ketiga hal tersebut dapat dengan mudah diturunkan dari format dasar Income Statement.
Persamaan tersebut dapat disusun menjadi persamaan berikut.
Total Revenue - Total Manufacturing Cost - Total Nonmanufacturing Cost = Profit
 Kemudian diperoleh persamaan dasar untuk melakukan CVP analysis
Keterangan:
P = harga jual (selling price)
Q = kuantitas jumlah unit produk yang terjual (unit sold)
TFC = Total Fixed Costs
VCU = Variable Cost perunit
Profit = Operating Income (Profit)
Dari persamaan 1, dapat diturunkan rumus contribution margin.
Contribution margin per unit
Contribution margin ratio
Pada kondisi BEP, maka dapat dihasilkan persamaan sebagai berikut.
Dapat disimpulkan bahwa dalam kondisi BEP, maka Contribution Margin akan sama dengan Total Fixed Cost. Selanjutnya, untuk mengetahui Margin of Safety, perlu digambarkan terlebih dahulu garis TR dan garis TC dalam sebuah sumbu cartesius.
Sesuai dengan definisi, Margin of Safety (MoS) merupakan selisih antara TR pada saat berada di BEP dengan ketika TR berada bukan pada titik BEP.
MoS dapat dirumuskan sebagai berikut.



Selasa, April 30, 2019

Inventory Costing and Capacity Analysis (FVC)

  No comments    
categories: 
KONSEP DASAR
Biaya produksi atau yang sering disebut sebagai manufacturing cost terdiri dari Direct Material (DM), Direct Labor (DL), dan Factory Overhead (FOH). Seluruh komponen biaya produksi tersebut dikeluarkan dalam rangka untuk membentuk output atau barang yang diproduksi. Seluruh biaya tersebut harus dibebankan ke produk akhir secara akurat, tepat, dan feasible. Ketika produk itu terjual, maka komponen biaya produksi tersebut akan menjadi COGS. Sementara sebelum produk itu terjual, maka komponen biaya tersebut akan tetap menjadi inventory.
DM dan DL merupakan biaya langsung yang dapat ditrasir secara mudah dan dibebankan secara feasible kepada produk akhir. Sementara itu, perlu diingat bahwa FOH merupakan biaya tidak langsung yang sulit ditrasir ke produk akhir dan memiliki 2 macam unsur biaya, yakni unsur fixed cost dan unsur variable cost.
Pada saat penyajian di laporan keuangan, biaya produksi yang terakumulasi dalam produk akhir tersebut dicatat dan dilaporkan secara proporsional. DM dan DL dilaporkan sebanyak jumlah unit yang terjual dalam income statement. Sementara itu, finished goods mengandung DM dan DL sejumlah unit yang masih tersisa yang belum terjual. Demikian juga FOH, terlepas dari unsur fixed dan variable-nya, dilaporkan sesuai dengan mekanisme DM dan DL tersebut. Mekanisme seperti itu disebut sebagai metode Full Absorption Costing. Dalam metode Full Absorption Costing, DM, DL, dan FOH dialokasikan dan dibebankan secara proporsional kepada produk yang terjual dan tersisa.
Dalam hal inventory costing, selain metode Full Absorption Costing, terdapat pula metode Direct Costing atau Variable Costing. Metode Variable Costing sedikit berbeda dengan metode Full Absorption Costing. Perbedaan tersebut terletak hanya pada komponen biaya FOH saja. Dalam Direct Costing, komponen DM, DL, dan Variable FOH dilaporkan dalam financial statement secara proporsional sebagaimana dalam metode Full Absorption Costing. Khusus untuk Fixed FOH, unsur biaya ini dalam Direct Costing akan dilaporkan selurunya dan tidak secara proporsional antara unit yang terjual dan unit yang belum laku. Hal ini berarti bahwa seluruh biaya Fixed FOH yang terjadi selama periode yang bersangkutan akan dilaporkan atau dibebankan seluruhnya (tidak ditanggung oleh produk yang belum terjual). Komponen fixed FOH akan diperlakukan sebagai beban periodik (period cost) untuk periode berjalan secara keseluruhan.

INCOME STATEMENT
Format umum Income Statement
Sales                               XXX
COGS                             XXX   
Gross Profit                    XXX
Operating Expenses       XXX   
Operating Income          XXX

Rincian Income Statement dengan menggunakan metode Full Absorption Costing
Sales                                                                 XXX
DM                                              XXX
DL                                               XXX
FOH–V                                       XXX
FOH–F                                        XXX    
COGS                                                              XXX   
Gross Profit                                                     XXX
Sales Expense                              XXX   
General & Adm. Expense            XXX
Operating Expense                                          XXX   
Operating Income                                            XXX

Format Income Statement dengan menggunakan metode Direct Costing
Sales                                                                XXX
DM                                                XXX
DL                                                 XXX
FOH–V                                          XXX   
COGS–V                                                        XXX   
Gross Contribution Margin                            XXX
Opex–V                                                          XXX   
Gross Margin                                                 XXX
Opex–F                                          XXX
FOH–F(total)                                 XXX   
Operating Expense                                         XXX   
Operating Income                                          XXX

Perbedaan antara metode Full Absorption Costing dan metode Direct Costing terletak pada Fixed FOH. Jika dalam metode Full Absorption Costing biaya F-FOH dibebankan sebatas jumlah unit produk yang terjual, maka menurut metode Direct Costing seluruh F-FOH pada periode tersebut dibebankan semuanya sebagai period cost (operating expense).
Perbedaan atas pembebanan F-FOH tersebut mengakibatkan adanya perbedaan nilai operating income (profit) yang dihasilkan oleh kedua metode tersebut. Dalam hal perbedaan profit antara metode Full Absorption Costing dan Direct Costing, perbedaan tersebut disebabkan oleh hanya perbedaan atas Fixed FOH. Pada Full Absorption Costing, Fixed FOH dibebankan hanya sebatas jumlah unit yang terjual saja (COGS). Sementara itu, dalam Direct Costing, Fixed FOH dibebankan seluruhnya sejumlah unit yang dihasilkan pada periode berjalan (COGM).
Perbedaan profit atas kedua metode tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
Δ Operating Income = COGM – COGS
Δ OI = (Unit produced – Unit sold) x FOH-F perunit
Δ OI = (FG ending – FG beginning) x FOH-F perunit

Rabu, April 24, 2019

Cost Behavior Analysis (FVC)

  No comments    
categories: 
KARAKTERISTIK SIFAT BIAYA 
  1. Biaya Tetap (Fixed Cost) : Biaya yang jumlahnya akan selalu sama (tetap) meskipun pemicu biayanya berubah. Kondisi biaya yang bersifat tetap tersebut akan terjadi dalam suatu rentang relevan tertentu. Fixed cost per unit menjadi semakin kecil seiring dengan kenaikan volume produksi dalam rentang yang relevan.
  2. Biaya Variable (Variable Cost) : Biaya yang jumlah totalnya akan berubah apabila pemicu biayanya mengalami perubahan. Variable cost bertambah seiring dengan kenaikan volume produksi dalam rentang yang relevan. Dengan kata lain, variable cost per unit konstan ketika volume produksi berubah dalam rentang yang relevan.
  3. Biaya Semivariabel (Semivariable Cost) : Biaya yang memiliki karakteristik fixed cost dan variable cost. Dalam suatu total cost tertentu, biaya semivariabel akan terdiri dari biaya yang bersifat tetap dan biaya yang bersifat variabel. Contohnya adalah biaya listrik. Biaya listrik yang terpakai untuk penerangan cenderung tetap, sedangkan biaya listrik yang digunakan untuk menyalakan mesin cenderung mengikuti tingkat produksi. 
ESTIMASI BIAYA MENGGUNAKAN KONSEP COST BEHAVIOR ANALYSIS (CBA)
Tahapan dalam melakukan CBA dapat dirinci sebagai berikut:
  1. Identifikasikan masing-masing item biaya yang akan diprediksi total biayanya.
  2. Tentukan faktor yang menjadi pemicu biaya (cost driver) atas setiap item biaya tersebut.
  3. Kumpulkan data terkait biaya riil yang telah dikeluarkan oleh perusahaan selama beberapa periode yang telah lampau.
  4. Rumuskan persamaan garis atas setiap item biaya tersebut.
  5. Gunakan persamaan garis yang telah didapat untuk mengestimasikan item biaya tersebut di masa depan, apabila faktor pemicu biayanya telah diketahui.
Titik kritis dalam CBA adalah dalam hal penentuan pemicu biaya untuk masing-masing item biaya. Penentuan pemicu biaya yang tepat akan sangat berpengaruh pada akurasi atas estimasi biaya. Pemicu biaya haruslah relevan dan memiliki hubungan sebab akibat yang logis dengan suatu item biaya tertentu.
Penentuan persamaan garis atau pola biaya atas biaya tetap dan biaya variabel adalah relatif lebih mudah. Suatu biaya tetap akan memiliki persamaan garis lurus yang dapat dirumuskan: Y = C. Dengan mengamati besarnya total biaya dihubungkan dengan pemicu biayanya, persamaan tersebut dapat dengan mudah diperoleh. Ketika total biayanya konstan sebesar C, sementara pemicu biayanya berubah-ubah, maka dapat dipastikan bahwa item biaya tersebut bersifat fixed.
Sementara itu, untuk biaya variabel, persamaan garisnya dapat dirumuskan sebagai Y = mX. Dari satu set data yang terdiri dari rincian total cost dan cost driver dari beberapa periode, persamaan tersebut dapat dengan mudah diperoleh dengan mencari nilai gradien atau slope (m). Nilai slope dicari dengan membagi total cost dengan cost driver. Apabila nilai hasil pembagian tersebut dari beberapa periode dalam set data tersebut selalu konstan atau sama nilainya, maka dapat dipastikan bahwa biaya tersebut bersifat variabel.
Yang menjadi permasalahan adalah ketika biaya tersebut bersifat semivariable. Dengan hanya menggunakan kedua teknik atau cara yang telah diterangkan pada paragraf sebelumnya saja, biaya semivariable tidak bisa diketahui pola atau rumusan formulanya. Oleh karena itu, khusus untuk biaya semivariable terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan dalam rangka untuk menentukan persamaan garisnya, yaitu:
  • High and Low Point Method (HLP Method) : Metode HLP dilakukan dengan memilih terlebih dahulu dua buah titik, yakni titik tertinggi dan terendah. Kedua titik tersebut mengacu pada pemicu biayanya. Pada umumnya, pada titik dengan pemicu biaya tertinggi akan memiliki total biaya yang terbesar juga, dan begitu pula sebaliknya. Ada kalanya titik tertinggi tidak menghasilkan biaya yang terbesar. Namun demikian, yang menjadi acuan untuk titik tertinggi adalah tetap pemicu biayanya. Pada akhirnya, dari kedua titik tersebut dapat diperoleh persamaan garis yang dapat digunakan untuk estimasi biaya.  
  • Scatter Graph Method (SG Method) : Metode SG digunakan dengan jalan menggambarkan kondisi hubungan antara pemicu biaya (independent variable atau X) dengan total biaya (dependent variable atau Y) kedalam sumbu cartesius. Dari proses ploting hubungan tersebut dapat diamati kecenderungan pola hubungan antara kedua variabel tersebut. Selanjutnya, dari hasil pengamatan tersebut dapat dibuat garis perkiraan sebagai sebuah persamaan yang dapat digunakan untuk prediksi biaya.
  • Least Square Method (LS Method) : Metode LS disebut juga sebagai regression analysis. Metode ini dikerjakan dengan menggunakan perhitungan statistik yang cukup kompleks. Dengan bantuan aplikasi seperti Microsoft Excel, metode ini dapat dengan mudah dikerjakan. Dari proses regresi ini, dapat diperoleh nilai konstanta dan slope yang dapat digunakan untuk menentukan persamaan garisnya. Pada akhirnya, persamaan garis tersebut dapat berfungsi sebagai prediktor biaya.
Metode HLP merupakan metode yang paling mudah digunakan, namun memiliki tingkat akurasi estimasi yang paling rendah. Sementara itu, metode LS merupakan metode yang paling kompleks, namun memiliki tingkat akurasi yang paling tinggi. 
Pada prinsipnya, penentuan persamaan garis dipengaruhi hanya oleh dua hal saja, yakni intercept (C) dan gradien atau slope (m). Dengan demikian, secara sederhana, terlepas dari metode apa yang akan digunakan, sepanjang intercept dan slope telah diketahui, persamaan garisnya dapat kemudian diformulasikan. Dengan bantuan aplikasi Microsoft Excell, dapat dengan mudah ditentukan persamaan garisnya.

Sabtu, Maret 23, 2019

Standard Costing I: Direct Cost Variances

  No comments    
categories: 
KONSEP DASAR
Standard costing didefinisikan sebagai biaya yang telah ditentukan sebelumnya untuk memproduksi satu unit atau sejumlah produk dalam periode tertentu. Standar adalah harga, biaya, atau kuantitas yang ditetapkan dengan cermat yang dinyatakan atas basis per unit.
Standard Costing memiliki dua komponen, yaitu:
  • Standar fisik atau standar input (physical standard): penetapan secara cermat kuantitas input yang dibutuhkan untuk satu unit output.
  • Standar harga (price or rate standard): harga yang ditetapkan dengan cermat yang diharapkan dibayar perusahaan guna mendapatkan satu unit input.
Kegunaan:
  1. Sebagai alat perencanaan biaya atau penganggaran.
  2. Mengendalikan biaya (memotivasi karyawan dan mengukur efisiensi operasi).
  3. Menyederhanakan perhitungan biaya dan mempercepat laporan biaya.
  4. Memudahkan dalam membebankan biaya ke persediaan bahan baku, work in process, dan finished good. 
STANDARD COSTING UNTUK DIRECT COST
Perusahaan yang menggunakan sistem standard costing perlu menetapkan beberapa standar biaya sebagai berikut:
  • Jumlah input standar atas raw material yang akan digunakan untuk menghasilkan satu unit output.
  • Harga dari setiap unit input atas raw material yang dibeli.
  • Jumlah jam tenaga kerja langsung yang dikonsumsi untuk menghasilkan satu unit output.
  • Tarif upah tenaga kerja langsung untuk setiap jamnya.
  • Jumlah biaya tidak langsung yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit output.
  • Tarif atas FOH untuk setiap satu satuan basis alokasi.
Standar biaya di atas dibuat dengan asumsi bahwa proses produksi berjalan pada kapasitas normal. Lalu standar biaya yang dibuat, diterapkan pada setiap komponen biaya manufaktur di sepanjang periode berjalan. Pada akhir periode, manajer membandingkan biaya standar dengan keadaan aktul yang nyata terjadi.
VARIANCE ANALYSIS UNTUK DIRECT COST
Variance adalah perbedaan antara biaya standar dengan biaya aktual yang benar-benar dikeluarkan oleh perusahaan. Suatu varians dapat disebabkan oleh kejadian acak yang tidak diharapkan terulang kembali, masalah sistematis yang dapat diperbaiki, atau standar yang ridak tepat.
Terdapat dua jenis varians, yaitu:
  • Favorable (varians yang menguntungkan): varians yang memiliki pengaruh meningkatkan laba operasi relatif terhadap jumlah yang dianggarkan.
  • Unfavorable (varians yang ridak menguntungkan): varians yang memiliki pengaruh menurunkan laba operasi relatif terhadap jumlah yang dianggarkan.
MATERIAL VARIANCES 
Materials Purchase Price Variance
MPPV = actual quantity purchase (actual price - standard price)
Materials Price Usage Variance
MPUV = actual quantity used (actual price - standard price)
Materials Inventory Variance 
MIV = standard price (actual quantity purchased - actual quantity used)
Materials Quantity (Usage) Variance 
MQV = standard price (actual quantity used - standard quantity allowed)
*positif: unfavorable

LABOR VARIANCES
Labor Rate Variance
LRV = actual hour worked (actual rate - standard rate)
Labor Efficiency Variance 
Q = standard rate (actual hours worked - standard hours worked)
*positif: unfavorable

PENCATATAN STANDARD COSTING UNTUK DIRECT COST
PENCATATAN DIRECT MATERIAL (DM)
Dapat dilakukan dengan menggunakan 3 alternatif pilihan, yaitu:
  • Method 1: materials are recorded at standard price (SR).
  • Method 2: materials are recorded at actual price (AR) as the payment.
  • Method 3: materials are recorded at standard price (SR) and variance adjustment.
METODE 1
Pembelian Material
Material (ps x qap)                   xxx
MPPV (U)                                xxx
      Account Payable (pa x qap)          xxx
Penggunaan Material
Work in Process (ps x qs)         xxx
MQV (U)                                  xxx
     Material (ps x qau)                         xxx
METODE 2
Pembelian Material
Material (pa x qap)                   xxx
      Account Payable (pa x qap)          xxx
Penggunaan Material
Work in Process (ps x qs)         xxx
MUPV (U)                                xxx
MQV (U)                                  xxx
     Material (pa x qau)                         xxx
METODE3
Pembelian Material
Material (ps x qap)                   xxx
MPPV (U)                                xxx
      Account Payable (pa x qap)          xxx
Penggunaan Material
Work in Process (ps x qs)         xxx
MQV (U)                                  xxx
     Material (ps x qau)                         xxx
Adjustment
MUPV                                      xxx
    MPPV                                              xxx
*apabila unfavorable, letak material di debit dan sebaliknya.

PENCATATAN DIRECT LABOR (DL)
Pembayaran Upah Karyawan
Payroll (pa x qa)                       xxx
     Accrued Payroll (pa x qa)               xxx
Pembebanan Pembelian DL ke Produk
Work in Process (ps x qs)         xxx
LRV (U)                                    xxx
LQV (U)                                    xxx
     Payroll (pa x qa)                              xxx
*apabila unfavorable, letak material di debit dan sebaliknya.

Sabtu, Maret 09, 2019

Responsibility Accounting and Reporting

  No comments    
categories: 

Responsibility Accounting
merupakan sistem akuntansi yang menghasilkan biaya atau profit kepada manajer yang bertanggung jawab atas suatu aktivitas untuk pengendalian.

Karakteristik 
  1. Tepat waktu.
  2. Mudah dipahami.
  3. Membandingkan budget dan actual.
  4. Dapat dianalisis.
Flexible Budget and Variance Analysis
Flexible budget, budget yang bisa disesuaikan dengan tingkat aktivitas actual (budget allowance).
Variance, selisih antara actual dan anggaran.  
  • Spending variance (varian pengeluaran) : selisih antara actual dan dianggarkan.
    
  • Idle capacity variance (varian kapasitas menganggur)

Favorable Vs Unfavorable
  • Favorable (menambah net income): actual < budget.
  • Unfavorable (mengurangi net income): actual > budget.

Minggu, Maret 03, 2019

Budgeting II: Cash and PERT

  No comments    
categories: 

CAPITAL EXPENDITURE
Pengeluaran yang memberikan manfaat lebih dari 1 tahun.
Contohnya adalah pembelian gedung. 

RESEARCH AND DEVELOPMENT
  • Research: penelitian terencana untuk menemukan pengetahuan baru yang bisa menghasilkan produk/jasa/proses/teknik baru atau untuk meningkatkan produk/jasa/proses/teknik lama. Contohnya adalah perusahaan otomotif sebelum memasarkan produknya telah melakukan survey mengenai preferensi kebutuhan kendaraan masyarakat untuk berkompetisi dengan perusahaan otomotif lain. 
  • Development: pengembangan atas hasil untuk menciptakan produk baru.  Contohnya adalah setelah mengetahui preferensi kebutuhan masyarakat, perusahaan otomotif tersebut mengembangkan produk barunya sampai firm sehingga siap untuk digunakan.
CASH BUDGET
Anggaran yang berisikan penerimaan dan pengeluaran kas.
 
  • Kas masuk (receipt) sumber utamanya adalah cash, sales, dan collection of account receivable yang mana estimasi pengumpulan piutangnya berasal dari sales budget dan pengalaman perusahaan.
  • Kas keluar (disbursement) sumber utamanya adalah COGM budget, capital expenditures budget, dan treasurer's budget. Dalam cash budget tidak boleh berisi barang akrual, harus terlebih dahulu dijadikan cash basis.
Zero-Base Budgeting
Setiap kali melakukan penganggaran, saldo harus kembali dimulai dari nol. Anggaran tidak boleh didasarkan pada periode sebelumnya.

PERT (PROGRAM EVALUATION REVIEW TECHNIQUE)
Diagram yang menggambarkan hubungan antar kegiatan. Digunakan untuk penjadwalan ketika akan memproduksi suatu barang. PERT digunakan saat organisasi melakukan suatu project, yaitu kegiatan yang tidak rutin serta memiliki starting dan ending point.
Istilah-istilah yang digunakan:
  • Earliest expected time: titik tempuh yang telah dilalui sebelumnya.
  • Latest allowable time: waktu paling lambat untuk memulai aktivitas.
  • Slack time: waktu luang atau jeda.
  • Critical path: jalur yang membutuhkan waktu tempuh paling lama.
  • Time estimated: (to+4tm+tp)/6
Diagram PERT

Jumat, Februari 22, 2019

Budgeting I: Income Statements

  No comments    
categories: 
Budgeting atau penganggaran disebut juga sebagai perencanaan laba, yaitu pengembangan dari suatu rencana operasi guna mencapai cita-cita dan tujuan perusahaan. Suatu anggaran adalah suatu rencana yang dinyatakan secara keuangan dan secara kuantitatif.

Metode
  • A Priori Mehod, yaitu metode yang menekankan bahwa tujuan laba mendominasi perencanaan.
  • A Posteriori Method, yaitu metode yang menekankan bahwa tujuan laba berada di bawah perencanaan dan diidentifikasi sebagai hasil dari perencanaan.
  • Pragmatic Method, yaitu metode yang menekankan bahwa manajemen menggunakan suatu standar laba yang telah diuji dan dibuktikan oleh pengalaman.
Profit Planning
  • Jangka Panjang : biasanya berhubungan dengan area-area khusus seperti penjualan, belanja modal, riset dan pengembangan, serta kebutuhan-kebutuhan pendanaan.
  • Jangka Pendek : mengarah pada kegiatan operasional yang bertujuan proyeksi income statement. 
Keuntungan 
  1. Perencanaan laba menyediakan suatu pendekatan yang disiplin terhadap indentifikasi dan penyelesaian masalah.
  2. Perencanaan laba menyediakan arahan ke semua tingkatan manajemen.
  3. Perencanaan laba meningkatkan koordinasi. Hal ini menyediakan suatu cara untuk menyelaraskan usaha-usaha dalam mencapai cita-cita.
  4. Perencanaan laba menyediakan suatu cara untuk memperoleh ide dan kerja sama dari tingkatan manajemen.
  5. Anggaran menyediakan suatu tolok ukur untuk mengevaluasi kinerja aktual dan meningkatkan kemampuan dari individu-individu.
Keterbatasan
  1. Peramalan bukanlah suatu ilmu pengetahuan pasti. Terdapat sejumlah pertimbangan dalam estimasi.
  2. Anggaran dapat memfokuskan perhatian manajemen pada tujuan yang tidak selalu sesuai dengan tujuan keseluruhan organisasi.
  3. Perencanaan laba harus memperoleh persetujuan dari manajemen puncak dan kerja sama dari semua anggota manajemen. Terkadang suatu perencanaan laba gagal karena manajemen eksekutif hanya memberikan sedikit dukungan.
  4. Penggunaan anggaran secara berlebihan sebagai alat evaluasi dapat menyebabkan perilaku disfungsional.
  5. Perencanaan laba tidak menghilangkan atau menggantikan peranan administrasi. Eksekutif sebaiknya tidak beranggapan bahwa mereka dibatasi oleh anggaran, melainkan mengarahkan perusahaan ke tujuan organisasi.
  6. Penyusunan memakan waktu. Manajer sering kali menjadi tidak sabar dan kehilangan minat karena mereka berharap terlalu banyak dalam waktu yang terlalu singkat.
Complete Periodic Budget
  1. Anggaran penjualan.
  2. Memperkirakan persediaan dan persyaratan produksi.
  3. Anggaran bahan baku, tenaga kerja, dan factory overhead.
  4. Anggaran beban pemasaran dan administrasi.
  5. Estimasi pendapatan dan beban lainnya serta pajak penghasilan.
  6. Anggaran laporan laba rugi.
  7. Anggaran belanja modal dan atau biaya riset dan pengembangan.
  8. Anggaran penerimaan kas dan pendistribusian.
  9. Anggaran neraca.

Sales Budget
Salah satu komponen yang penting dalam anggaran adalah perkiraan yang realistis berdasarkan analisis penjualan masa lalu dan pasar saat ini. Tugas untuk mempersiapkan anggaran penjualan biasanya dilihat dari dua sisi yang berbeda, yaitu penilaian dan evaluasi pengaruh eksternal dan pertimbangan pengaruh internal.
  • Estimating Sales
  • Seasonal Variations
  • Sales Budget on a Territory and Customer Basis
  • Estimating Production and Inventory Requirements
  • Sales Estimate Follow-Up
Production Budget
Anggaran produksi berhubungan dengan jadwal operasi, penentuan ukuran, dan penentuan batas maksimal dan minimal jumlah persediaan. Ini menunjukkan dasar untuk mempersiapkan anggaran untuk bahan baku, tenaga kerja, dan factory overhead.

Manufacturing Budget
Manufacturing budget disiapkan untuk bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung untuk mengidentifikasi biaya ini dengan produk dan dengan tanggung jawab manajer.
  • Direct Material Budget : Menentukan jumlah dan biaya bahan baku yang digunakan untuk menghasilkan suatu produk. Hal ini mengarah pada jumlah yang ditentukan dari bahan baku yang dibutuhkan, izin departemen pembelian untuk membuat jadwal pembelian untuk menjamin pengiriman bahan baku, dan menetapkan jumlah kas yang dikeluarkan oleh bendahara untuk membayar supplier.
  • Direct Labor Budget : Berdasarkan spesifikasi dari insinyur, memandu departemen personalia untuk menentukan jumlah dan tipe pekerja yang dibutuhkan.
  • FOH Budget : Biaya dikelompokkan menjadi natural cost dan departemental or cost center. Natural cost (primary account) seperti bahan baku tidak langsung, tenaga kerja tidak langsung, pajak gaji, tunjangan karyawan, depresiasi, perbaikan dan pemeliharaan, dan pajak properti. Departemental or cost center berdasarkan unit organisasi atau area yang berfungsi dengan biaya yang sama.
  • Beginning and Ending Inventories : Digunakan untuk memberikan informasi yang berguna untuk menentukan jumlah produk yang akan dibuat.
  • Budgeted Cost of Goods Manufactured and Sold Statement.
Budgeting Commercial Expenses
Dasar yang digunakan untuk anggaran beban komersial adalah daftar akun yang ada di perusahaan yang termasuk dalam beban pemasaran dan administrasi. Beban pemasaran berhubungan dengan penjualan, promosi, pengemasan, pengiriman, dan aktivitas umum pemasaran. Beban administrasi berhubungan dengan kegiatan administrasi seperti biaya direktur, pajak franchise, beban pembelian, dan biaya penelitian.

Budgeted Income Statement
Anggaran laporan laba rugi merupakan rangkuman dari anggaran penjualan, manufacturing, dan beban. Ini menunjukkan net income perusahaan yang dapat digunakan oleh manajemen untuk menilai ketepatan anggaran dan menyelidiki penyebab variasinya. Sehingga manajemen dapat menentukan langkah apa yang akan dilakukan.